
Pemuda Indonesia dan Masa Depan dalam BRICS
Ketika Indonesia bergabung dengan BRICS, peluang besar terbuka untuk bangsa ini, terutama bagi generasi muda yang menjadi motor penggerak masa depan. BRICS, yang mewakili kekuatan ekonomi dan geopolitik baru dunia, menawarkan platform bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya di kancah internasional. Dalam momentum ini, peran pemuda menjadi sangat krusial.
selain peluang besar tetapi juga menghadirkan tantangan yang harus diatasi agar keanggotaan ini memberikan manfaat maksimal.
Dalam Ketimpangan Ekonomi dan Infrastruktur
- Persaingan Ekonomi: Anggota BRICS seperti Tiongkok dan India memiliki skala ekonomi yang jauh lebih besar. Indonesia harus bersaing untuk mendapatkan perhatian dan manfaat dari kerja sama ekonomi.
- Keterbatasan Infrastruktur: Infrastruktur dalam negeri, terutama di bidang logistik dan transportasi, harus ditingkatkan agar mampu mendukung perdagangan dan investasi yang lebih besar di bawah kerangka BRICS.
2. Ketergantungan pada Komoditas Ekspor
- Volatilitas Harga Komoditas: Sebagai negara yang masih mengandalkan ekspor berbasis komoditas seperti batu bara, kelapa sawit, dan nikel, Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga global. Dalam BRICS, Indonesia harus menghadapi kompetisi dengan negara produsen komoditas lainnya.
- Diversifikasi Ekonomi yang Terbatas: Untuk memanfaatkan BRICS secara maksimal, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada sektor komoditas dan meningkatkan kontribusi sektor manufaktur dan jasa.
3. Ketimpangan Teknologi
- Kesenjangan Teknologi: Negara anggota seperti Tiongkok dan India memiliki teknologi yang lebih maju. Indonesia harus mengejar ketertinggalan dalam bidang inovasi, riset, dan pengembangan teknologi.
- Keterbatasan Sumber Daya R&D: Investasi dalam penelitian dan pengembangan di Indonesia masih relatif rendah, sehingga membatasi kemampuan bersaing dalam kerja sama teknologi tinggi.
4. Ketidakseimbangan Posisi Geopolitik
- Kepentingan Berbeda di Antara Anggota BRICS: Setiap anggota BRICS memiliki prioritas yang berbeda dalam geopolitik dan ekonomi. Indonesia perlu memainkan diplomasi cerdas agar kepentingan nasional tetap terakomodasi di tengah dinamika kelompok.
- Tekanan dari Blok Barat: Bergabungnya Indonesia ke BRICS dapat meningkatkan tekanan diplomatik dari negara-negara Barat, terutama dalam isu-isu yang melibatkan rivalitas antara blok BRICS dan negara maju.
5. Kesiapan SDM
- Kesenjangan Keterampilan: Tenaga kerja Indonesia perlu ditingkatkan keterampilannya agar dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara anggota BRICS lainnya, khususnya dalam sektor digital dan teknologi tinggi.
- Minimnya Akses terhadap Pendidikan Global: Indonesia harus memperluas partisipasi pemuda dalam program pendidikan internasional dan kerja sama penelitian dengan negara-negara BRICS.
6. Tantangan Lingkungan dan Energi
- Ketergantungan pada Energi Fosil: Dengan meningkatnya tekanan global untuk beralih ke energi terbarukan, Indonesia harus menghadapi tantangan besar dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil sambil memenuhi kebutuhan energi domestik.
- Dampak Lingkungan: Peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi dapat meningkatkan tekanan pada lingkungan, terutama jika kebijakan keberlanjutan tidak ditegakkan secara ketat.
7. Penguatan Institusi Domestik
- Kapasitas Birokrasi: Indonesia perlu memperkuat kapasitas institusi pemerintah agar dapat mengelola hubungan yang kompleks di bawah kerangka BRICS, termasuk penanganan investasi dan perdagangan internasional.
- Kebijakan yang Konsisten: Stabilitas dan konsistensi kebijakan ekonomi dalam negeri sangat penting untuk menarik manfaat jangka panjang dari BRICS.
8. Dinamika Internal BRICS
- Kepemimpinan BRICS yang Didominasi Negara Besar: Negara-negara besar seperti Tiongkok, Rusia, dan India memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan. Indonesia harus memperjuangkan suara yang setara untuk memastikan kepentingannya tidak terpinggirkan.
- Potensi Konflik Internal: Perbedaan pandangan di antara anggota BRICS dalam isu geopolitik dan ekonomi bisa menjadi tantangan, dan Indonesia harus berhati-hati dalam menyikapi hal ini.
Dengan memetakan tantangan ini, Indonesia dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi hambatan tersebut, seperti memperkuat diplomasi, meningkatkan daya saing domestik, dan mempererat kerja sama dengan negara anggota lain. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia dapat memaksimalkan manfaat dari keanggotaannya di BRICS.

