INDONESIA DARURAT LITERASI: MEMBANGUN MENTAL PEMBELAJAR MELALUI BUDAYA BACA
Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, Indonesia masih menghadapi krisis literasi yang serius. Berbagai laporan menunjukkan bahwa tingkat minat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Menurut data UNESCO, hanya satu dari seribu orang yang memiliki kebiasaan membaca secara aktif. Padahal, membaca bukan sekadar kemampuan mengenali huruf dan kata, tetapi juga proses memahami, menganalisis, dan mengolah informasi menjadi pemahaman yang lebih dalam.Masalah literasi di Indonesia lebih kompleks daripada sekadar akses terhadap buku. Rendahnya kesadaran akan pentingnya membaca telah menjadi tantangan besar dalam membangun masyarakat yang berpikir kritis dan mandiri. Ketika budaya membaca tidak terbentuk dengan baik, dampaknya bisa dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari lemahnya daya saing di dunia kerja hingga mudahnya masyarakat terpengaruh oleh hoaks dan disinformasi. Literasi bukan hanya tentang akademik, tetapi juga tentang membangun mental pembelajar yang terus berkembang.Berangkat dari kesadaran akan pentingnya budaya baca dalam membentuk karakter individu dan masyarakat, organisasi Barisan Muda Al-Ittihadiyah bersama Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Kota Depok mengadakan kunjungan literasi ke Rumah Tahanan (Rutan) Cilodong dalam rangka bulan Ramadan. Kegiatan ini tidak hanya sekadar menyerahkan donasi, tetapi juga menjadi momentum untuk melihat langsung bagaimana literasi berkembang di dalam lingkungan yang memiliki keterbatasan akses terhadap bahan bacaan.Kunjungan yang dilakukan hari ini dipimpin oleh Berry Kurniawan, Ketua Pemuda Al-Ittihadiyah, didampingi oleh Agung Rahmatullah selaku Humas, serta Nur Indrawati Pary yang menjabat sebagai Wakil Ketua IPI Kota Depok. Kedatangan mereka disambut langsung oleh Kepala Rutan Cilodong, Bapak Imam, beserta jajarannya. Dalam kesempatan tersebut, mereka menyerahkan donasi berupa Al-Qur’an dan Buku Surat Yasin sebagai bentuk dukungan terhadap peningkatan literasi berbasis nilai-nilai spiritual di dalam Rutan.Namun, kegiatan ini tidak berhenti pada penyerahan donasi semata. Rombongan jugaberkesempatan untuk masuk lebih dalam ke dalam Rutan, melihat langsung kondisi warga binaan, dan mengamati bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia literasi di dalam lingkungan terbatas. Meskipun berada di dalam tembok tinggi yang membatasi kebebasan fisik, antusiasme warga binaan terhadap kegiatan literasi cukup tinggi. Mereka menunjukkan minat yang besar terhadap bacaan yang berkaitan dengan keagamaan maupun buku-buku yang dapat membantu mereka memahami dunia luar dengan lebih baik.Bagi warga binaan, membaca bukan hanya sekadar mengisi waktu luang, tetapi juga menjadi sarana refleksi, pembelajaran, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Melalui buku, mereka dapat menjelajahi dunia tanpa harus keluar dari jeruji besi. Buku menjadi jendela yang membuka wawasan, memberikan inspirasi, dan membantu mereka membangun kembali kehidupan dengan lebih positif.Literasi di dalam Lapas sering kali menjadi aspek yang terabaikan. Padahal, jika diberikan akses yang cukup dan program yang berkelanjutan, membaca bisa menjadi alat rehabilitasi yang kuat bagi warga binaan. Literasi dapat mengubah cara berpikir mereka, memberikan perspektif baru, dan bahkan membantu mereka menemukan keterampilan baru yang berguna setelah kembali ke masyarakat.Gerakan literasi yang dilakukan oleh Barisan Muda Al-Ittihadiyah dan IPI Kota Depok ini menjadi bukti bahwa literasi bukan hanya tanggung jawab sekolah atau perpustakaan, tetapi merupakan tugas bersama. Setiap orang memiliki peran dalam membangun budaya baca, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di tempat-tempat yang memiliki keterbatasan akses seperti Lapas. Jika lebih banyak organisasi, komunitas, dan individu yang peduli terhadap literasi, maka perlahan tetapi pasti, Indonesia dapat keluar dari darurat literasi yang selama ini membayangi.Bulan Ramadan menjadi momentum yang tepat untuk berbagi, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga ilmu dan wawasan. Donasi buku dan Al-Qur’an yang dilakukan hari ini adalah langkah kecil, tetapi memiliki dampak besar bagi mereka yang menerimanya. Sebuah buku yang dibaca oleh satu orang mungkin bisa mengubah pemikirannya, tetapi jika dibaca oleh banyak orang, ia bisa menjadi gerakan yang menginspirasi perubahan. Literasi adalah tentang bagaimana kita membuka pintu pengetahuan bagi mereka yang membutuhkannya. Dan hari ini, di Rutan Cilodong, pintu itu telah diketuk dengan harapan yang lebih besar untuk masa depan.
Nur Indrawati Pary

